Ada seorang laki-laki yang di dunia ini selalu kusebut
namanya ketika ketakutan melanda.
Ada seorang laki-laki yang selalu bisa kurepotkan dalam
banyak hal.
Dia tidak pernah mengeluh, pun meminta kembali.
Lelaki itu, kupanggil bapak.
Pak,
Empat putrimu mulai
beranjak dewasa. Dibandingkan seratus anak laki-laki, merawat satu anak
perempuan benar-benar sulit. Maka, jika putri-putrimu ini tumbuh dan besar menjadi wanita yang shalehah, baik, dan
sukses sesuai dengan keinginanmu, kelak di akhirat jangan malu menghadap
Tuhan-mu.
Bapak satu-satunya yang paling kusayang,
Kemarin, putri
pertamamu, wisuda. Dia akan memasuki pintu kehidupan paling nyata. Setelah
wisuda, ada beragam pilihan yang bisa putrimu
pilih dan lakukan. Tetapi, seperti biasa dengan diskusi singkat satu
keluarga, kau mengatakan: “Aku hanya ingin putri-putriku bahagia. Jadilah
seperti apapun yang kalian suka. Tetapi, ingat jangan pernah mengecewakanku
dengan tindakan kalian yang mencoreng nama keluarga.”
Hanya itu pesanmu
dan kulihat matamu sudah berkaca-kaca. Lantas seperti biasa aku hanya bisa
menatapmu dalam diam. Selalu, pak.
Bapak paling hebat se-semesta,
Di dunia ini,
sepanjang aku mengenal laki-laki. Kau masih satu-satunya yang paling kukagumi.
Kau menjadi rekan diskusi paling nyaman bagiku. Tempat
meminta uang paling mudah bagiku. Guru dengan pemikiran terbuka, demokratis, dan toleran. Laki-laki paling bisa diandalkan
dalam duniaku yang rentan bermasalah. Dan, sepanjang aku hidup, kau akan jadi
laki-laki dengan nama paling banyak kusebut dalam doa.
Terima kasih, telah jadi bapakku,
Aku tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi
bapakku, tetapi ditakdirkan menjadi putrimu adalah hal paling membahagiakan
untukku. Kalau dimungkinkan aku lahir kembali, mengalami renkarnasi, semoga aku
ditakdirkan menjadi putrimu kembali, pak.
Maaf, jika aku punya banyak salah,
Aku tahu, sebagai
putri dari ayah sehebat engkau, aku masih memiliki banyak kekurangan. Dari itu, terus bukalah pintu maafmu, untukku. Jadilah
ayah pemaaf, seperti biasanya. Dan aku akan terus memperbaiki diri agar menjadi
putri yang bisa membanggakanmu. Setiap waktu. Setiap saat.
Pak, ini permintaanku,
Teruslah hidup
sampai aku memiliki kesempatan untuk membalas semua yang kau berikan untukku.
Meski aku tahu, jika aku serahkan apapun yang kumiliki, tidak akan sanggup
membayar segala yang telah kau lakukan. Pak, semoga kau masih terus ada di
sisiku. Melalui hari-hari baik suka maupun lara. Jaga kesehatan dan jangan lupa
untuk terus bahagia, pak.
Dari
anakmu yang senantiasa mengirimkan sepenggal doa
agar
engaku terus bahagia, selamanya.