Part 1 : Di Bawah Pohon Mahoni
April 27, 2013
0
komentar
Dandananku hancur seketika, hujan
tiba-tiba datang dan memporak-porandakan rambut yang kusisir tadi sebelum
berangkat. Tanpa ada pertanda tiba-tiba bulir airnya menjatuhi setiap ujung
rambutku. Seharusnya tadi aku mendengarkan apa yang dikatakan Dessi, hari gelap
dan petir terdengar menyambar, tanpa harus memaksakan diri untuk menemui Dion,
tapi sudahlah toh dengan ini aku bisa melepaskan selayang pandang yang sudah
lama tertahan.
Walau terlihat payah, itu tak
masalah. Berteduh di bawah rerimbunan pohon mahoni yang terletak tak jauh dari
kampus,pikiranku melayang, terbang. Sore itu aku masih ingat bagaimana
perjumpaan kali pertama aku dengan Dion, suasananya sama seperti ini.
Diselimuti hujan reda,angin bertiup kencang dan sesekali guntur menyambar, Aku
juga berdiri persis ditempat sekarang aku berada. Membenahi rambut yang
juntai-juntainya menjadi tak beraturan dan sama sekali tidak menghiraukan
sekeliling.
Kesibukanku akhirnya tiba-tiba
beralih, tak kusangka sebelah mata yang sempat terlirik olehku sejak semula
pandangannya selalu tertuju padaku. Aku coba jaga image, malu juga ketahuan kalau aku, aktivis kampus yang selalu
tampil rapi terlihat payah di depannya. Dengan berlagak pura-pura tidak tahu,
aku mulai berdiri tegak. Tak berani aku menatap matanya, sungguh.
Matanya seperti cengkaman elang,
tajam dan mengena tepat. Meski berpura-pura tak tahu, mau tak mau aku sudah
tahu, Dion terus memperhatikkan ku. Ah, sungguh mati rasa aku, salah tingkah,
gemetaran. Apa yang harus kulakukan. Lama berada di sini aku bisa terkena
serangan jantung.
Tak berpikir lama, segera kukerahkan
semua tenaga yang ada, aku menerjang hujan, tak apalah yang penting bisa lari
dari tempat ini. Satu, dua, dan dihitungan ketiga aku berlari, berlari, dan
terus berlari. Tapi tiba-tiba dunia seakan runtuh, menimpaku dengan tiada
ampun. Celaka nomer dua belas, ampun ah, jatuh dengan posisi terlentang
gara-gara tak memperhatikan jalanan, malunya aku. Malu tak terkira. Semua orang
memandangku, sekilas ada yang menahan tawa, sekilas ada yang memamerkan muka
belas kasihan, tapi mereka itu tak penting. yang terpenting adalah orang yang
berada di bawah pohon mahoni itu, kalau dia melihat, mau ditaruh dimana muka ku
ini, di saku ?
Dengan
kekuatan yang tak tersisa, leherku berputar 180 derajat menuju arah bawah pohon
mahoni, dan mana Dion, di mana dia, sudah tak ada, syukurlah ia tak melihatnya.
Setelah bernafas lega, aku keposisi semula.
Mencoba berdiri, tapi tak kuasa, sebuah tangan tiba-tiba terjulur,
memberikan sinyal-sinyal pertolongan, tangan siapa gerangan.
Tangan itu ternyata bertuan, tuannya
sangatlah tampan, elok dan rupawan, sudah tak ku hiraukan dandananku yang
hancur dan payah ini, yang ada kini tangan itu sudah mengenggam ku dengan
kokoh, kokoh sekali sehingga tak pernah mau kelepas. Udara tiba-tiba berubah
sejuk dan langit berwarna biru lagi, pikiranku sudah mendarat ditempatnya. Dan
tepat seperti dugaanku, Dion telah melambaikan tangannya dari bawah pohon
mahoni.
***
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Part 1 : Di Bawah Pohon Mahoni
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://mantrabaca.blogspot.com/2013/04/part-1-di-bawah-pohon-mahoni.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar