Bedah Novel Eternal Flame Bersama BP2M
Februari 28, 2016
0
komentar
Penyerahan kenang-kenangan kepada BP2M |
Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang penulis, kecuali ketika
karyanya diapresiasi dan dihargai. Hal itulah yang kemudian dilakukan oleh
Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Universitas Negeri Semarang dengan
melakukan Bedah Novel Eternal Flame oleh penulisnya langsung, Susi
Lestari, Jumat (26/2).
Bedah novel dilaksanakan bertepatan dengan acara open main anggota
baru. Tujuannya untuk memotivasi semangat menulis para calon jurnalis. Berikut
adalah beberapa ulasan yang dapat dituliskan dari hasil bedah buku yang
sumbernya dari pertanyaan-pertanyaan tentang Novel Eternal Flame.
Kak Susi, Novel Eternal Flame adalah novel yang ditulis oleh lim orang. Kok
bisa,sih?
Oh, tentu bisa. Itu dinamakan dengan penulisan kolaborasi. Kalau umumnya
kan novel ditulis solo atau oleh satu orang. Nah, kalau novel
kolaborasi ditulis oleh lima orang,
lima kepala, lima pikiran, tetapi tetap dalam satu bingkai novel yang utuh.
Kalau kesulitan penulisan novel kolaborasi itu apa?
Menulis novel kolaborasi memang sedikit lebih menantang dibandingkan dengan novel
solo. Soalnya harus menyatukan berbagai macam pemikiran dari orang yang tidak
bisa bertemu langsung. Kesulitannya pada komunikasi antarpenulis. Tetapi, berkat
kemajuan teknologi, kami memanfaatkan aplikasi seperti google doc, whatsapp,
dan facebook untuk musyarawarah secara online. Jadi menyatukan segala pemikirannya
di musyawarah online itu. Wah, pas proses kreatif itu bener-bener uji kesabaran
banget. Soalnya kadang ada drama gontok-gontokkan, eyel-eyelan, bahkan sampai
bantai-bantaian tulisan. Kalau mengenang itu, seru banget.
Sistem penulisannya kayak gimana, Kak?
Sistem penulisannya itu dibagi-bagi. Jadi masing-masing penulis itu
mendapatkan satu tokoh. Nah, dari tokoh yang sudah dibagi-bagi, baru
kemudian pengembangan karakter
diserahkan masing-masing penulis. Untuk alurnya sudah dibuat dalam satu outline
itu.
Penting tidak, Kak, membuat outline dalam penulisan novel?
Kalau menulis cerpen kan bisa, ya, sekali duduk. Tetapi, untuk menulis
novel harus dibuat
kerangka atau outlinenya. Kalau misal ada outline, pas penulisan bisa mudah dan
tidak gampang bad mood.
Di Novel Eternal Flame, Kak Susi kebagian tokoh siapa?
Tokohku Satria. Dia itu cowok yang aku banget. Haha. Satria itu seorang Walka di Stasiun Bekasi yang tugasnya menjaga di gerbong-gerbong KRL Commuterline. Nah, Satria itu asli Semarang, pemuda pendiam dengan mata belo. Diceritain kalau Satria itu, suka banget sama salah satu penumpang setia Commuterline, Rena. Bahkan, ditembok kos Satria ada lukisna mural wajah Rena. Bener-bener saking cintanya. Tetapi itu, sebaik-baiknya dan setulus-setulusnya Satria tetap saja ditolak.
Apa bagian yang paling kakak
sukai ketika berhasil menerbitkan novel?
Hal paling menyenangkan adalah dapat royalti. Tetapi, sebenarnya
enggak juga. Materi itu gampang dicari. Dari
proses menulis novel kolaborasi aku dapat banyak hal indah,
seperti keluarga dan readers yang selalu dukung aku untuk terus berkarya.
Sebutin satu quote dong, Kak, biar semangat menulis?
Quotenya aku ambilin dari perkataan guru ku, ya. Menulis membuatmu
terancam keren.
Bedah Novel Eternal Flame berlangsung tiga jam lebih. Di akhir acara, ada
penyerahan kenang-kenangan dari penulis novel, Susi Lestari, kepada Muhammad
Irham sebagai Pimpinan Umum BP2M.
Baca Selengkapnya ....